Supir Taksi dan Supir Pribadi
Supir taksi dan supir pribadi merupakan dua sosok pribadi yang sehari-harinya memiliki kepribadian yang berbeda secara menyolok.
Pembicaraan mengenai supir taksi dan supir pribadi disini merupakan suatu pendekatan untuk menjelaskan aspek-aspek kewirausahaan yang melekat pada seorang supir taksi (entrepreneurship) serta aspek kewirausahaan yang melekat pada seorang supir pribadi (intrapreneurship).
Secara umum dapat dilihat bahwa masing-masing mereka memiliki ciri-ciri yang berbeda sebagaimana berikut ini,
Supir taksi
(wawasan berpikir wirausaha)
Dalam bahasa kerennya seorang supir taksi dituntut memiliki wawasan berfikir entrepreneurship ataupun cara pandang kewirausahaan, sedangkan seorang supir pribadi juga dituntut memiliki cara pandang wirausaha yang diistilahkan sebagai intrapreneurship.
Intrapreneurship sering diistilahkan sebagai suatu cara pandang kewirausahaan yang berada pada tataran organisasi, jadi kewirausahaan tidak hanya ada di pasar-pasar seperti pasar tanah abang di jakarta saja, sebagian sikap tersebut harus ada juga di organisasi-organisasi bahkan organisasi pemerintahan.
Dengan demikian setiap pembahasan mengenai kegiatan kedua jenis supir tersebut akan dikaitkan dengan aspek-aspek kegiatan manajerial dan entrepreneurship pada usaha-usaha skala kecil maupun besar.
Jelaslah bahwa supir taksi dan supir pribadi hanyalah suatu karakter yang sebenarnya mewakili perilaku entrepreneur dan intrapreneur yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya, karakter tersebut tidak berpretensi untuk menjadi benar-salah satu dengan lainnya, namun masing-masing karakter bisa menjadi benar atau salah tergantung waktu dan tempatnya dimana karakter tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya. Karakter apapun itu apabila diarahkan kepada tujuan yang bermuara kepada kemaslahatan orang banyak tentunya akan memberikan dampak positip bagi perjalanan kehidupan kita sebagai bangsa dan negara, amiin.
Istilah yang dipakai
Berikut ini adalah istilah-istilah yang sering digunakan oleh supir taksi dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari, kadang istilah tersebut kedengaran sedikit lucu dan janggal. Supir pribadi jarang sekali menggunakan istilah-istilah tertentu mengingat sebagian besar waktu mereka berada dan diawasi langsung oleh majikan mereka yang sebagian besar merupakan orang-orang pada tingkatan ekonomi yang berkecukupan serta memiliki pendidikan yang cukup baik.
Supir taksi
Anggota parlemen/ legislatip :
Pada umumnya anggota parlemen/ legislatip / DPR dapatlah disebut memiliki karakter supir taksi, umumnya mereka sangat aktip, memiliki keinginan yang kuat untuk mengatur dirinya sendiri, tidak tergantung kepada aturan-aturan yang ditetapkan oleh pihak lainnya. Selain itu mereka pada umumnya risk-taker yaitu orang-orang yang bersedia menanggung resiko tinggi atas pekerjaannya, mirip seperti pengusaha betulan, memang seringkali mereka juga berasal dari wirausaha yang berhasil dibidangnya baru kemudian terjun kedunia politik.
Gus Dur :
Karakter Gus Dur adalah karakter supir taksi, jelas sekali terlihat dalam gaya kepemimpinannya serta cara-cara pengambilan keputusan sehari-hari. Gaya tersebut mncerminkan gaya seorang supir taksi yang anti kemapanan, egaliter serta sangat luwes bertemu siapapun namun pemberani, artinya berani mengambil keputusan walaupun terkesan berimprovisasi layaknya seorang seniman, memang sejatinya Gus Dur juga seorang seniman.
SBY :
SBY adalah seorang supir pribadi dengan gaya kepemimpinan yang kalem, teratur, detail oriented dan agak terbawa kultur kerajaan alias aristokrat (gaya ini tiruan dari Pak Harto). Gaya kepemimpinan seperti ini menghendaki setiap pekerjaan dilakukan dengan well-plan serta tidak menghendaki kejutan-kejutan ditengah prosesnya, dengan demikian pemilihan anak-buah (bawahan) pun terlihat harus mengikuti pakem-pakem tertentu yang tidak boleh berseberangan dengan kultur dirinya sebagai atasan. Orang orang dengan karakter supir taksi seperti misalnya Andi Malarangeng serta apalagi Yusuf kalla tentunya tidak cocok (paling tidak pada tingkatan alam bawah sadarnya SBY) untuk menjadi bagian dari gaya kepemimpinan SBY ini.
Karakter pekerjaan dan karakter orang
Seringkali kita melihat suatu jenis pekerjaan yang sebenarnya membutuhkan karakter supir taksi diisi oleh orang (pejabat) yang sebenarnya memiliki karakter supir pribadi dan sebaliknya juga sering terjadi, apakah hal tersebut tidak akan efektip ? Sebenarnya selama orang-orang yang menjabat tersebut memiliki kompetensi yang cukup maka dalam jangka pendek tidak akan terlihat bedanya, namun dalam jangka waktu lama khususnya apabila berhubungan dengan koordinasi lintas sektoral, maka akan terlihat perbedaan gaya tersebut apabila tidak dikoordinasikan oleh atasan yang pintar bermanufer dan memiliki daya anjak-suai yang baik, maka sulit tercapai koordinasi yang baik dan effektp.
Dari sudut pandang pribadi orang yang memangku jabatan tersebut, ketidak cocokan antara gaya dirinya dan tuntutan gaya jabatan (job-description) yang membutuhkan gaya berbeda tersebut secara tidak sadar akan membuat dirinya tidak nyaman dalam bekerja atau terlihat dimata publik sebagai misalnya manajer keuangan yang memerankan jabatan manajer humas/ PR (10-2k10).
Kasus-kasus yang sering terjadi dalam lingkungan supir taksi & supir pribadi
Kasus-kasus yang diceritakan dalam berbagai kasus berikut hanyalah fiktif belaka, dengan demikian semua nama yang mungkin saja secara tidak sengaja bermiripan ataupun kebetulan sama bukanlah kesengajaan dan sekali lagi hal itu hanya terjadi karena kebetulan belaka.
Kasus #1
Sebutlah seorang supir bernama NAPI' (kalau dalam lingkungan masyarakat betawi biasanya nama napi' tersebut berasal dari nama HANAFI) yang pada suatu saat tertentu sedang mencari mitra/partner untuk dijadikannya sebagai supir pengganti alias CHARLIE, artinya napi' disini memposisikan diri menjadi supir utama yg sering disebut BRAVO.
Dalam perjalanannya mencari rekan-rekannya sesama supir maka bertemulah dia dengan teman lamanya bernama JOKO, joko saat ini lagi nganggur dan memang membutuhkan pekerjaan tersebut yang sudah sering pula dilakoninya sebelumnya. Napi' menawarkan bagaimana kalau mereka bermitra yang menurut pendapat Napi' tidak jadi masalah siapapun yang jadi bravo ataupun siapa yg menjadi charlie. Singkat cerita joko setuju dengan usul tersebut, pool mana yang dipilih biarkanlah hal tsb diserahkan kepada napi'.
Napi' akhirnya memutuskan memilih suatu pool taksi NITAKSI yang jadwal pengambilan mobilnya jam 9.00 pagi serta setorannya harus diserahkan paling lambat jam 8.00 besok paginya untuk SPJ (surat perintah jalan) sehari sebelumnya. setoran yang menjadi kewajiban napi' dan joko secara bersama-sama totalnya 200.000 rupiah, artinya jika tidak mencapai nilai tersebut mereka berdua harus menutupinya dari kantong pribadi.
Mengingat kondisi joko yang membutuhkan pekerjaan, napi' menawarkan bagaimana kalau SPJ nya atas nama joko saja artinya yg jadi bravo adalah joko dan napi' bersedia menjadi charlie saja, dengan demikian pembagian tugas bawa taksi pagi-sore hingga malam pukul 21.00 biarlah joko yang narik, sisanya jam 21.00 hingga pagi giliran napi' yang narik, bahkan menurut napi' jika masih kuat bisa narik hingga jam 22.00 malam bagi joko. Berdasarkan kesepakatan tersebut ditetapkanlah oleh napi' kewajiban joko 150.000 dan sisanya yang 50.000 harus bisa dicari oleh napi' hingga pagi besoknya pada saat penyetoran, pembagian kewajiban tersebut kata napi' mengingat sulitnya seorang supir utk mencari sewa pada waktu malam hari alias ngalong (berasal dari kata 'kalong').
Dalam menawarkan skema bagi kewajiban tersebut bahkan napi' bilang kalau memang joko mau mekanismenya dibalik juga boleh, dimana yang bawa malam adalah joko sebaliknya napi' bawa siang hari. Napi' tau benar bahwa joko tidak pernah bawa taksi malam hari dan tidak terbiasa ngalong sehingga apapun ujungnya pastilah joko setuju dengan skema bagi-bagi kewajiban tersebut.
Waktu mulai berjalan dan hampir setiap harinya mereka berdua berhasil memiliki kelebihan uang untuk dibawa pulang setelah dipotong setoran, rata-rata joko sanggup memperoleh pendapatan hingga 250.000 rupiah, sehingga dipotong 150.000 sebagaimana kesepakatan sisa dibawa pulang menjadi 100.000 , jokopun senang.
Napi' rata-rata memperoleh 150.000 rupiah potong 50.000 sisa 100.000 rupiah. Hasil tersebut diperolehnya karena dia memang ahlinya ngalong, ada 3 tempat hiburan malam yang menjadi pangkalan tetapnya ditambah 4 terminal/stasiun kedatangan bis yang tiba antara pukul 2.00 dinihari hingga pukul 5.00 pagi. Ditambah kewajibannya utk menyetorkan setorannya joko yang 150.000 maka napi'pun menyetorkan hasil setorannya setiap pagi, ditunggunya pemeriksaan mobil dan dikeluarkan lagi atas nama SPJ joko seperti biasanya.
Suatu hari tiba-tiba pool menghentikan SPJ joko alias STOP OPERASI (SO) dengan alasan ada tunggakan sebesar 400.000 untuk 20 hari terakhir, jokopun ribut dengan napi'. Yang pasti dimata pool nama joko yang cemar, apa yang terjadi ? Ternyata setiap hari napi' tidak menyetorkan uang setoran sebesar 200.000 (uang dari joko 150.000 plus dari napi' 50.000), yang terjadi adalah napi hanya menyetorkan uang sebesar 180.000 rupiah dengan alasan joko lagi BONCOS alias tidak dapat sewa yang memadai, dan seringkali napi' menutupi kekurangan tsb namun besoknya malah kurang 40.000 (hal ini memang dimainkan oleh napi') dari setoran yang seharusnya, tetap yang jadi kambing hitam dalam hal ini joko.
HIKMAH KASUS #1
Dari kondisi tersebut jelaslah ada beberapa hal yang bisa dibaca dan disimpulkan maupun diduga,
Kasus #2
Pada kasus kali ini seorang supir taksi bernama Kentung (bukan nama sebenarnya) biasa nangkring alias ngetem di bandara Soekarno Hatta. Kebiasaan ngetem ini sudah dilakoninya selama kurang lebih 4 tahun, sehingga segala seluk beluk termasuk pergantian petugas maupun pergantian peraturanpun sudah sangat dihapalnya.
Kebetulan untuk saat ini (akhir 2010) taksi yang bisa ngetem di bandara hanyalah taksi yang terdaftar menjadi taksi bandara, selain itu taksi hanya bisa mengantar penumpang ke bandara , selanjutnya harus pulang ataupun dilarang ngetem didepan pintu keluar penumpang yang baru saja landing.
Taksi Kentung katakanlah bermerek "Keluarga Indah" dengan nomor pintu 168 sudah terdaftar sebagai taksi bandara melalui kantor pusatnya (didaftarkan oleh kantor pusat taksi ybs), dengan demikian Kentung sebagai pengemudi taksi juga diberikan tanda pengenal oleh bandara agar bisa dikenali penumpang sebagai pengemudi resmi yang terdaftar di bandara, dengan demikian lngkap dech .. ada stiker bandara plus ada tanda pengenal pengemudi bandara.
Pada awal Kentung bertugas dibandara dia biasa menunggu di pengendapan (suatu tempat berkumpulnya taksi untuk selanjutnya dipanggil untuk parkir dipinggiran pintu keluar penumpang), jumlah rata-rata taksi yang ada di pengendapan tersebut ada 500 taksi sehingga giliran kentung keluar sejak jam 5 subuh tadi baru dapat giliran jam 11 siang.
Sayangnya begitu kentung dapat penumpang ... eh eh penumpangnya cuma minta diantar ke pluit, jadi kalau dihitung-hitung sewanya cuma 30.000 karena jarak bandara ke pluit yang cukup dekat .. he he kok nggak ke rawa-bokor aja yaaa, pada awalnya kentung sih ikhlas-ikhlas aja, tapi lama kelamaan dia berpikir "kalau gini terus gimana gue nutup setorang nichh Rp 200.000 man !", sementara waktu tunggu di pengendapan sudah habis setengah/ satu harian ..
Kentung tau persis bahwa sebelum keluar bandara jauh-jauh pada simpang/pertigaan keluar bandara terdekat masih banyak taksi-taksi non bandara yang nongkrong alias ngetem setelah mengantar penumpang yang mau berangkat. Nah mendekati pertigaan tersebut kentung sengaja minta maaf kepada penumpangnya dengan alasan ia kebelet berak, jadi terpaksa penumpangnya dioper ke taksi lain (utk perpindahan ini kentung dapat 10.000 dari taksi yang ketiban operan).
Hasil analisa pendeknya belum membuat kentung puas juga karena kalau dia kembali ke bandara berarti harus masuk pengendapan lagi dan antri lagi hingga seharian lagi, nah kali ini dia biarkan sabar sebentar sampai dapat giliran, tapi dia bertekad kalau dapat penumpang yang jaraknya dekat yahh apa boleh buat ntar aja tunggu penumpang sudah diatas taksi baru bisa diperas dech biar dapat duit agak banyakan.
Kali ini giliran kentung masuk antrian parkir didepan pintu keluar bandara .. ahh legaaa ... eh ada penumpang tuh .. ternyata kayaknya agak bego-bego tampangnya mungkin dari kampung nech ... kentung segera mendekati petugas LLAJ /Angkasapura yang memegang kartu klaim yang biasanya diberikan kepada penumpang untuk diisi jika ternyata tidak puas atas pelayanan pengemudi taksi yang ditumpanginya. Kentung mengeluarkan uang 10.000 dan menyerahkannya kepada petugas, dengan demikian pada saat penumpang masuk kentunglah yang akan menyerahkan kartu klaim tersebut kepada penumpang.
Singkat cerita setelah penumpang tadi yang cilakanya juga jarak pendek alias hanya minta diantar ke pluit juga naik dan duduk didalam taksi , maka setelah mulai keluar bandara kentungpun mulai beraksi dengan menjelaskan wah kalau ke pluit ibu seharusnya bayar minimum sebesar Rp 50.000,- "nah kena lhoo .. pikir kentung , .. " , kontan penumpang yang notabene ibu-ibu itu terkejut "wah sejak kapan nihh peraturan ", jawab kentung "barusan bu barusan hari ini", akhirnya karena diancam kentung akan mengeluarkan penumpang ditepi jalan tol jika tidak setuju maka ibu-ibu tersebutpun terpaksa mengikuti kemauan kentung.
Besoknya sang ibu-ibu menelpon dan melapor ke angkasa pura perihal perlakuan supir yang gila tersebut, namun pihak angkasapura tidak bersedia menerima klaim/keluhan tersebut karena si ibu tidak menyertakan surat isian klaim yang menurut pihak angkasapura diberikan kepada setiap penumpang yang naik taksi keluar bandara Soetta yang terkenal itu. Bahkan pihak bandara menyatakan tidak mungkin ada lagi permainan mengingat prosedur yang diciptakannya sudah tidak memungkinkan supir taksi bertindak menyimpang, karena kata petugas tersebut jika terjadi sanksinya berat, selain pencopotan stiker bandara, ditambah lagi dengan mencopot tanda pengenal pengemudi yang bersangkutan, jadi tidaklah mungkin hal ini bisa terjadi, atau dengan kata lain si ibu tadi memang dasar bawel dan cerewet saja.
HIKMAH KASUS #2
Hikmah yang dapat diambil,
Pembicaraan mengenai supir taksi dan supir pribadi disini merupakan suatu pendekatan untuk menjelaskan aspek-aspek kewirausahaan yang melekat pada seorang supir taksi (entrepreneurship) serta aspek kewirausahaan yang melekat pada seorang supir pribadi (intrapreneurship).
Secara umum dapat dilihat bahwa masing-masing mereka memiliki ciri-ciri yang berbeda sebagaimana berikut ini,
Supir taksi
- pada umumnya mengejar setoran
- kurangnya setoran hari ini harus ditombok dengan kelebihan setoran besok hari
- kurang setoran 3 hari berturut-turut akan di SO alias stop operasi, hingga seluruh tunggakan dapat dilunasi
- hanya sebagian kecil berdasarkan komisi (bagi-hasil)
- pada waktu-waktu tertentu kadang-kadang pendapatan supir taksi bisa naik cukup tinggi, sementara pada waktu tertentu bisa sama sekali tidak kebagian sewa (penumpang).
- Harus pandai mengatur budget pribadi dan rumah tangga (uang yg dibawa pulang)
- harus pandai mengatur waktu kerja
- 2on, 1off
- 1on, 1off
- kombinasi lainnya
- harus memiliki mitra kerja (asisten) yang selaras dengan cara kerja supir utamanya
- taksi harus bersih luar dalam agar dipilih oleh pelanggan
- harus mengerti kapan & dimana harus ngetem, serta kapan dan dimana harus melintir
- waktu tunggu biasanya berada pada berbagai tempat yang berbeda karakternya, seringkali bergabung dengan supir-supir yang sama-sekali tidak memiliki integritas dan kompetensi yang juga tidak memadai sebagai supir
- waktu kerja lebih fleksibel
- pendapatan tidak menentu
- bekerja menggunakan target pendapatan
- tidak mengejar setoran
- harus tepat waktu
- tiba ditempat majikan sebelum majikan bangun, plus cuci mobil
- pulang setelah majikan tidur, plus cuci mobil
- setiap bulan memperoleh gaji tetap
- relatip melayani orang yang sama setiap harinya
- harus bisa menyesuaikan diri terhadap gaya dan kepribadian majikan
- waktu tunggu umumnya berada ditempat yang relatip baik, terhindar dari berbagai perilaku buruk supir-supir lainnya.
- Pendapatan lebih aman namun tidak ada fluktuasi pendapatan yang berarti
- tidak ada target pendapatan, harus disiplin terhadap waktu
- pada majikan-majikan tertentu ada beberapa supir pribadi yang diberi target pengeluaran, khususnya budget untuk bahan bakar dibatasi tidak boleh lebih dari sekian, dll, dll.
- Target pengeluaran biasanya diberikan kepada supir-supir yang sudah dipercaya oleh majikan.
(wawasan berpikir wirausaha)
Dalam bahasa kerennya seorang supir taksi dituntut memiliki wawasan berfikir entrepreneurship ataupun cara pandang kewirausahaan, sedangkan seorang supir pribadi juga dituntut memiliki cara pandang wirausaha yang diistilahkan sebagai intrapreneurship.
Intrapreneurship sering diistilahkan sebagai suatu cara pandang kewirausahaan yang berada pada tataran organisasi, jadi kewirausahaan tidak hanya ada di pasar-pasar seperti pasar tanah abang di jakarta saja, sebagian sikap tersebut harus ada juga di organisasi-organisasi bahkan organisasi pemerintahan.
Dengan demikian setiap pembahasan mengenai kegiatan kedua jenis supir tersebut akan dikaitkan dengan aspek-aspek kegiatan manajerial dan entrepreneurship pada usaha-usaha skala kecil maupun besar.
Jelaslah bahwa supir taksi dan supir pribadi hanyalah suatu karakter yang sebenarnya mewakili perilaku entrepreneur dan intrapreneur yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya, karakter tersebut tidak berpretensi untuk menjadi benar-salah satu dengan lainnya, namun masing-masing karakter bisa menjadi benar atau salah tergantung waktu dan tempatnya dimana karakter tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya. Karakter apapun itu apabila diarahkan kepada tujuan yang bermuara kepada kemaslahatan orang banyak tentunya akan memberikan dampak positip bagi perjalanan kehidupan kita sebagai bangsa dan negara, amiin.
Istilah yang dipakai
Berikut ini adalah istilah-istilah yang sering digunakan oleh supir taksi dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari, kadang istilah tersebut kedengaran sedikit lucu dan janggal. Supir pribadi jarang sekali menggunakan istilah-istilah tertentu mengingat sebagian besar waktu mereka berada dan diawasi langsung oleh majikan mereka yang sebagian besar merupakan orang-orang pada tingkatan ekonomi yang berkecukupan serta memiliki pendidikan yang cukup baik.
- Supir batangan : supir yang bertanggung jawab atas nomor taksi tertentu di suatu pool
- pool : tempat mengambil, merawat dan menyimpan taksi
- supir bravo : supir utama yg memakai taksi (supir batangan)
- supir charlie : supir yang menjadi asisten atau supir cadangan dari seorang supir utama (bravo), biasanya ikut didaftarkan di pool ybs.
- Mekanisme sirkulasi : biasanya pool menyediakan 2 taksi dengan 2 bravo dan 1 charlie (resmi terdaftar) kiri-kanan, kiri-kanan maksudnya bergantian setelah memakai taksi A kemudian ditugaskan memakai taksi B. Bravo-Charlie biasanya bergantian 2-1 ataupun 1-1 (sehari jalan sehari istirahat).
- Ngetem : parkir dan menunggu sewa disuatu tempat tertentu
- pangkalan : tempat dimana beberapa taksi ngetem
- melintir : yaitu suatu kegiatan keliling kota dalam rangka mencari penumpang
- supir tembak : supir yang tidak terdaftar yang diberi kesempatan oleh supir yang lagi istirahat untuk narik taksi, biasanya jika supir utamanya (bravo atau charlie nya) sudah dapat cukup setoran utk hari tersebut.
- Tarzan : julukan bagi beberapa supir-tembak yang tidak punya kerjaan, hanya menunggu belas kasihan supir batangan.
- Boncos : tidak mendapat sewa serta tidak cukup memenuhi target setoran harian.
- KS : kurang setor, jika setoran 200.000/hari maka apabila disetor 180.000 berarti KS 20.000
- Setoran : nilai yang harus disetor setiap harinya.
- Barket : barang ketinggalan, yaitu barang yg ketinggalan oleh pemiliknya/ penumpang taksi.
Supir taksi
- orientasi kerja terhadap hasil
- umumnya loyal terhadap dirinya dan taksinya, kurang loyal kepada pool
- taksi bersih bukan karena ketentuan pool tapi karena kebutuhan utk mendapat sewa
- lebih loyal kepada pelanggan pribadinya dibanding pelanggan pool
- bukan mencari keamanan pekerjaan, melainkan mencari uang sebanyak-banyaknya
- pada umumnya ingin kebebasan waktu bekerja
- umumnya berani mengambil resiko
- harus gesit , cekatan dan cepat mengambil keputusan
- orientasi kerja terhadap proses/ cara kerja
- loyal terhadap ketentuan majikan
- mencari keamanan pekerjaan
- waktu bekerja ditentukan oleh majikan
- harus sabar serta penuh keteraturan
Anggota parlemen/ legislatip :
Pada umumnya anggota parlemen/ legislatip / DPR dapatlah disebut memiliki karakter supir taksi, umumnya mereka sangat aktip, memiliki keinginan yang kuat untuk mengatur dirinya sendiri, tidak tergantung kepada aturan-aturan yang ditetapkan oleh pihak lainnya. Selain itu mereka pada umumnya risk-taker yaitu orang-orang yang bersedia menanggung resiko tinggi atas pekerjaannya, mirip seperti pengusaha betulan, memang seringkali mereka juga berasal dari wirausaha yang berhasil dibidangnya baru kemudian terjun kedunia politik.
Gus Dur :
Karakter Gus Dur adalah karakter supir taksi, jelas sekali terlihat dalam gaya kepemimpinannya serta cara-cara pengambilan keputusan sehari-hari. Gaya tersebut mncerminkan gaya seorang supir taksi yang anti kemapanan, egaliter serta sangat luwes bertemu siapapun namun pemberani, artinya berani mengambil keputusan walaupun terkesan berimprovisasi layaknya seorang seniman, memang sejatinya Gus Dur juga seorang seniman.
SBY :
SBY adalah seorang supir pribadi dengan gaya kepemimpinan yang kalem, teratur, detail oriented dan agak terbawa kultur kerajaan alias aristokrat (gaya ini tiruan dari Pak Harto). Gaya kepemimpinan seperti ini menghendaki setiap pekerjaan dilakukan dengan well-plan serta tidak menghendaki kejutan-kejutan ditengah prosesnya, dengan demikian pemilihan anak-buah (bawahan) pun terlihat harus mengikuti pakem-pakem tertentu yang tidak boleh berseberangan dengan kultur dirinya sebagai atasan. Orang orang dengan karakter supir taksi seperti misalnya Andi Malarangeng serta apalagi Yusuf kalla tentunya tidak cocok (paling tidak pada tingkatan alam bawah sadarnya SBY) untuk menjadi bagian dari gaya kepemimpinan SBY ini.
Karakter pekerjaan dan karakter orang
Seringkali kita melihat suatu jenis pekerjaan yang sebenarnya membutuhkan karakter supir taksi diisi oleh orang (pejabat) yang sebenarnya memiliki karakter supir pribadi dan sebaliknya juga sering terjadi, apakah hal tersebut tidak akan efektip ? Sebenarnya selama orang-orang yang menjabat tersebut memiliki kompetensi yang cukup maka dalam jangka pendek tidak akan terlihat bedanya, namun dalam jangka waktu lama khususnya apabila berhubungan dengan koordinasi lintas sektoral, maka akan terlihat perbedaan gaya tersebut apabila tidak dikoordinasikan oleh atasan yang pintar bermanufer dan memiliki daya anjak-suai yang baik, maka sulit tercapai koordinasi yang baik dan effektp.
Dari sudut pandang pribadi orang yang memangku jabatan tersebut, ketidak cocokan antara gaya dirinya dan tuntutan gaya jabatan (job-description) yang membutuhkan gaya berbeda tersebut secara tidak sadar akan membuat dirinya tidak nyaman dalam bekerja atau terlihat dimata publik sebagai misalnya manajer keuangan yang memerankan jabatan manajer humas/ PR (10-2k10).
Kasus-kasus yang sering terjadi dalam lingkungan supir taksi & supir pribadi
Kasus-kasus yang diceritakan dalam berbagai kasus berikut hanyalah fiktif belaka, dengan demikian semua nama yang mungkin saja secara tidak sengaja bermiripan ataupun kebetulan sama bukanlah kesengajaan dan sekali lagi hal itu hanya terjadi karena kebetulan belaka.
Kasus #1
Sebutlah seorang supir bernama NAPI' (kalau dalam lingkungan masyarakat betawi biasanya nama napi' tersebut berasal dari nama HANAFI) yang pada suatu saat tertentu sedang mencari mitra/partner untuk dijadikannya sebagai supir pengganti alias CHARLIE, artinya napi' disini memposisikan diri menjadi supir utama yg sering disebut BRAVO.
Dalam perjalanannya mencari rekan-rekannya sesama supir maka bertemulah dia dengan teman lamanya bernama JOKO, joko saat ini lagi nganggur dan memang membutuhkan pekerjaan tersebut yang sudah sering pula dilakoninya sebelumnya. Napi' menawarkan bagaimana kalau mereka bermitra yang menurut pendapat Napi' tidak jadi masalah siapapun yang jadi bravo ataupun siapa yg menjadi charlie. Singkat cerita joko setuju dengan usul tersebut, pool mana yang dipilih biarkanlah hal tsb diserahkan kepada napi'.
Napi' akhirnya memutuskan memilih suatu pool taksi NITAKSI yang jadwal pengambilan mobilnya jam 9.00 pagi serta setorannya harus diserahkan paling lambat jam 8.00 besok paginya untuk SPJ (surat perintah jalan) sehari sebelumnya. setoran yang menjadi kewajiban napi' dan joko secara bersama-sama totalnya 200.000 rupiah, artinya jika tidak mencapai nilai tersebut mereka berdua harus menutupinya dari kantong pribadi.
Mengingat kondisi joko yang membutuhkan pekerjaan, napi' menawarkan bagaimana kalau SPJ nya atas nama joko saja artinya yg jadi bravo adalah joko dan napi' bersedia menjadi charlie saja, dengan demikian pembagian tugas bawa taksi pagi-sore hingga malam pukul 21.00 biarlah joko yang narik, sisanya jam 21.00 hingga pagi giliran napi' yang narik, bahkan menurut napi' jika masih kuat bisa narik hingga jam 22.00 malam bagi joko. Berdasarkan kesepakatan tersebut ditetapkanlah oleh napi' kewajiban joko 150.000 dan sisanya yang 50.000 harus bisa dicari oleh napi' hingga pagi besoknya pada saat penyetoran, pembagian kewajiban tersebut kata napi' mengingat sulitnya seorang supir utk mencari sewa pada waktu malam hari alias ngalong (berasal dari kata 'kalong').
Dalam menawarkan skema bagi kewajiban tersebut bahkan napi' bilang kalau memang joko mau mekanismenya dibalik juga boleh, dimana yang bawa malam adalah joko sebaliknya napi' bawa siang hari. Napi' tau benar bahwa joko tidak pernah bawa taksi malam hari dan tidak terbiasa ngalong sehingga apapun ujungnya pastilah joko setuju dengan skema bagi-bagi kewajiban tersebut.
Waktu mulai berjalan dan hampir setiap harinya mereka berdua berhasil memiliki kelebihan uang untuk dibawa pulang setelah dipotong setoran, rata-rata joko sanggup memperoleh pendapatan hingga 250.000 rupiah, sehingga dipotong 150.000 sebagaimana kesepakatan sisa dibawa pulang menjadi 100.000 , jokopun senang.
Napi' rata-rata memperoleh 150.000 rupiah potong 50.000 sisa 100.000 rupiah. Hasil tersebut diperolehnya karena dia memang ahlinya ngalong, ada 3 tempat hiburan malam yang menjadi pangkalan tetapnya ditambah 4 terminal/stasiun kedatangan bis yang tiba antara pukul 2.00 dinihari hingga pukul 5.00 pagi. Ditambah kewajibannya utk menyetorkan setorannya joko yang 150.000 maka napi'pun menyetorkan hasil setorannya setiap pagi, ditunggunya pemeriksaan mobil dan dikeluarkan lagi atas nama SPJ joko seperti biasanya.
Suatu hari tiba-tiba pool menghentikan SPJ joko alias STOP OPERASI (SO) dengan alasan ada tunggakan sebesar 400.000 untuk 20 hari terakhir, jokopun ribut dengan napi'. Yang pasti dimata pool nama joko yang cemar, apa yang terjadi ? Ternyata setiap hari napi' tidak menyetorkan uang setoran sebesar 200.000 (uang dari joko 150.000 plus dari napi' 50.000), yang terjadi adalah napi hanya menyetorkan uang sebesar 180.000 rupiah dengan alasan joko lagi BONCOS alias tidak dapat sewa yang memadai, dan seringkali napi' menutupi kekurangan tsb namun besoknya malah kurang 40.000 (hal ini memang dimainkan oleh napi') dari setoran yang seharusnya, tetap yang jadi kambing hitam dalam hal ini joko.
HIKMAH KASUS #1
Dari kondisi tersebut jelaslah ada beberapa hal yang bisa dibaca dan disimpulkan maupun diduga,
- Pool NITAKSI bukanlah pool yang baik dan teliti manajemennya.
- Napi' sudah merencanakan hal tersebut jauh-jauh hari sebelumnya.
- Modus jeruk makan jeruk merupakan hal yang paling umum dalam kegiatan ini, khususnya dilevel bawah, analogi ini sama untuk kegiatan bisnis pada umumnya.
- Banyak orang yang mencari uang dengan modus dimana dia sangat ahli "buang badan" dari sasaran kemarahan orang lain dan justru membaliknya seakan-akan dia adalah pahlawan.
- Secara kecil-kecilan napi' sudah mulai mengerti aspek hukum yang memanfaatkan pembuktian materiil dimana SPJ bukan atas nama napi'.
- Napi' juga orang dengan tipe kerja "work smart not hard", biarkan orang lain bekerja untuk kita yang penting kita aman, resiko pada orang lain.
Kasus #2
Pada kasus kali ini seorang supir taksi bernama Kentung (bukan nama sebenarnya) biasa nangkring alias ngetem di bandara Soekarno Hatta. Kebiasaan ngetem ini sudah dilakoninya selama kurang lebih 4 tahun, sehingga segala seluk beluk termasuk pergantian petugas maupun pergantian peraturanpun sudah sangat dihapalnya.
Kebetulan untuk saat ini (akhir 2010) taksi yang bisa ngetem di bandara hanyalah taksi yang terdaftar menjadi taksi bandara, selain itu taksi hanya bisa mengantar penumpang ke bandara , selanjutnya harus pulang ataupun dilarang ngetem didepan pintu keluar penumpang yang baru saja landing.
Taksi Kentung katakanlah bermerek "Keluarga Indah" dengan nomor pintu 168 sudah terdaftar sebagai taksi bandara melalui kantor pusatnya (didaftarkan oleh kantor pusat taksi ybs), dengan demikian Kentung sebagai pengemudi taksi juga diberikan tanda pengenal oleh bandara agar bisa dikenali penumpang sebagai pengemudi resmi yang terdaftar di bandara, dengan demikian lngkap dech .. ada stiker bandara plus ada tanda pengenal pengemudi bandara.
Pada awal Kentung bertugas dibandara dia biasa menunggu di pengendapan (suatu tempat berkumpulnya taksi untuk selanjutnya dipanggil untuk parkir dipinggiran pintu keluar penumpang), jumlah rata-rata taksi yang ada di pengendapan tersebut ada 500 taksi sehingga giliran kentung keluar sejak jam 5 subuh tadi baru dapat giliran jam 11 siang.
Sayangnya begitu kentung dapat penumpang ... eh eh penumpangnya cuma minta diantar ke pluit, jadi kalau dihitung-hitung sewanya cuma 30.000 karena jarak bandara ke pluit yang cukup dekat .. he he kok nggak ke rawa-bokor aja yaaa, pada awalnya kentung sih ikhlas-ikhlas aja, tapi lama kelamaan dia berpikir "kalau gini terus gimana gue nutup setorang nichh Rp 200.000 man !", sementara waktu tunggu di pengendapan sudah habis setengah/ satu harian ..
Kentung tau persis bahwa sebelum keluar bandara jauh-jauh pada simpang/pertigaan keluar bandara terdekat masih banyak taksi-taksi non bandara yang nongkrong alias ngetem setelah mengantar penumpang yang mau berangkat. Nah mendekati pertigaan tersebut kentung sengaja minta maaf kepada penumpangnya dengan alasan ia kebelet berak, jadi terpaksa penumpangnya dioper ke taksi lain (utk perpindahan ini kentung dapat 10.000 dari taksi yang ketiban operan).
Hasil analisa pendeknya belum membuat kentung puas juga karena kalau dia kembali ke bandara berarti harus masuk pengendapan lagi dan antri lagi hingga seharian lagi, nah kali ini dia biarkan sabar sebentar sampai dapat giliran, tapi dia bertekad kalau dapat penumpang yang jaraknya dekat yahh apa boleh buat ntar aja tunggu penumpang sudah diatas taksi baru bisa diperas dech biar dapat duit agak banyakan.
Kali ini giliran kentung masuk antrian parkir didepan pintu keluar bandara .. ahh legaaa ... eh ada penumpang tuh .. ternyata kayaknya agak bego-bego tampangnya mungkin dari kampung nech ... kentung segera mendekati petugas LLAJ /Angkasapura yang memegang kartu klaim yang biasanya diberikan kepada penumpang untuk diisi jika ternyata tidak puas atas pelayanan pengemudi taksi yang ditumpanginya. Kentung mengeluarkan uang 10.000 dan menyerahkannya kepada petugas, dengan demikian pada saat penumpang masuk kentunglah yang akan menyerahkan kartu klaim tersebut kepada penumpang.
Singkat cerita setelah penumpang tadi yang cilakanya juga jarak pendek alias hanya minta diantar ke pluit juga naik dan duduk didalam taksi , maka setelah mulai keluar bandara kentungpun mulai beraksi dengan menjelaskan wah kalau ke pluit ibu seharusnya bayar minimum sebesar Rp 50.000,- "nah kena lhoo .. pikir kentung , .. " , kontan penumpang yang notabene ibu-ibu itu terkejut "wah sejak kapan nihh peraturan ", jawab kentung "barusan bu barusan hari ini", akhirnya karena diancam kentung akan mengeluarkan penumpang ditepi jalan tol jika tidak setuju maka ibu-ibu tersebutpun terpaksa mengikuti kemauan kentung.
Besoknya sang ibu-ibu menelpon dan melapor ke angkasa pura perihal perlakuan supir yang gila tersebut, namun pihak angkasapura tidak bersedia menerima klaim/keluhan tersebut karena si ibu tidak menyertakan surat isian klaim yang menurut pihak angkasapura diberikan kepada setiap penumpang yang naik taksi keluar bandara Soetta yang terkenal itu. Bahkan pihak bandara menyatakan tidak mungkin ada lagi permainan mengingat prosedur yang diciptakannya sudah tidak memungkinkan supir taksi bertindak menyimpang, karena kata petugas tersebut jika terjadi sanksinya berat, selain pencopotan stiker bandara, ditambah lagi dengan mencopot tanda pengenal pengemudi yang bersangkutan, jadi tidaklah mungkin hal ini bisa terjadi, atau dengan kata lain si ibu tadi memang dasar bawel dan cerewet saja.
HIKMAH KASUS #2
Hikmah yang dapat diambil,
- Manajemen angkasapura/llaj masih bersifat koruptif
- Sistem pengendapan yang ada sekarang ini belum meminimalkan upaya kotor pengemudi taksi yang sudah antri minimal setengah harian.
- Kartu klaim saja tidak cukup, yang terpenting bagi penumpang adalah menghapal nomor pintu "168" tersebut termasuk nama pengemudi dan merek taksinya .... hal ini menjadi kewajiban setiap penumpang !!!
- Jika kedapatan dan terbukti ada satu saja pengemudi taksi keluarga-indah melakukan kesalahan sebaiknya seluruh taksi kelurga-indah harus diskorsing dari bandara selama 3 bulan, toh jumlah taksi lainnya banyak sekali kok. Jadi uang pendaftaran taksi ke bandara oleh kantor pusat yang nilainya lebih kurang 3.500.000 setahun tersebut bisa jadi merugikan pool taksi karena kehilangan kesempatan 3 bulan lamanya diskorsing.
- --